GARUT, Perspktif.co.id – Pasca insiden dugaan keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, sebagian besar korban telah diizinkan kembali ke rumah masing-masing. Namun, hingga Jumat (19/9/2025) pagi, belasan siswa dilaporkan masih harus menjalani perawatan intensif di pusat layanan kesehatan setempat akibat kondisi yang belum sepenuhnya pulih.
Sebanyak 194 siswa dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), menjadi korban dalam peristiwa yang terjadi pada Rabu (17/9/2025) lalu. Mereka serempak mengeluhkan gejala seperti pusing, mual, muntah, dan sakit perut setelah menyantap hidangan dari program pemerintah, Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Kadungora, dr. Hendi, mengonfirmasi bahwa mayoritas korban yang mengalami gejala ringan telah dipulangkan setelah menerima penanganan medis dan observasi.
"Dari total korban yang masuk, sebagian besar memang sudah bisa pulang kemarin setelah kondisinya membaik. Namun, kami masih memantau secara ketat belasan siswa yang dirawat inap. Mereka mengalami gejala dehidrasi dan kondisi tubuh yang masih lemah, sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut," jelas dr. Hendi.
Tim medis terus berupaya memberikan penanganan terbaik, termasuk pemberian cairan infus dan obat-obatan untuk memulihkan kondisi para siswa yang masih dirawat. Pihak puskesmas juga berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat untuk memastikan semua korban mendapatkan penanganan yang optimal.
Penyelidikan Polisi Terus Berjalan
Di sisi lain, pihak kepolisian bergerak cepat untuk mengusut tuntas penyebab pasti dari insiden ini. Kapolsek Kadungora, Kompol Alit Kadarusman, menyatakan bahwa proses penyelidikan tengah berlangsung. Sejumlah barang bukti krusial telah diamankan untuk diperiksa lebih lanjut.
Dalam sebuah pernyataannya, Kompol Alit menegaskan keseriusan pihak berwenang dalam menangani kasus ini.
"Kami telah mengamankan sejumlah sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan untuk dilakukan uji laboratorium. Sampel tersebut mencakup semua menu yang dikonsumsi para siswa pada hari kejadian. Kami berharap hasil lab segera keluar untuk memberikan kepastian," ujar Kompol Alit.
Penyelidikan tidak hanya berfokus pada sampel makanan, tetapi juga akan memeriksa seluruh rantai pasok program MBG di wilayah tersebut, mulai dari pihak penyedia (katering), proses pengolahan, hingga distribusi makanan ke sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan untuk menemukan titik kritis yang berpotensi menjadi sumber kontaminasi.
Peristiwa ini menjadi ironi yang mendalam, mengingat program MBG digulirkan dengan tujuan mulia untuk meningkatkan asupan gizi dan kesehatan para pelajar. Kejadian di Garut ini sontak menjadi sorotan nasional dan memicu evaluasi terhadap pengawasan serta standar operasional prosedur (SOP) pelaksanaan program serupa di daerah lain. Para orang tua korban berharap agar kasus ini diusut secara transparan dan ada pihak yang bertanggung jawab atas kelalaian yang membahayakan nyawa anak-anak mereka.***