19 September 2025, 12:25

Ini 6 Fakta Penyelidikan Kasus Keracunan MBG di Garut yang Membuat Ratusan Siswa Tumbang

Data resmi yang dirilis Polres Garut mencatat total korban mencapai 194 orang.

Reporter: Redaksi Perspektif
Editor: Deden M Rojani
50
Ini 6 Fakta Penyelidikan Kasus Keracunan MBG di Garut yang Membuat Ratusan Siswa Tumbang
Pihak kepolisian telah memulai penyelidikan mendalam untuk mengungkap akar masalah dari insiden yang mencoreng program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Garut. / Doc: istimewa

GARUT, Perspektif.co.id – Kasus dugaan keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, kini memasuki babak baru. Pihak kepolisian telah memulai penyelidikan mendalam untuk mengungkap akar masalah dari insiden yang mencoreng program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini.

Peristiwa yang terjadi pada Rabu (17/9/2025) ini tidak hanya menimbulkan kepanikan di kalangan orang tua, tetapi juga memicu pertanyaan besar mengenai standar keamanan dan pengawasan program pemerintah. Berdasarkan informasi yang dihimpun hingga Jumat (19/9/2025), berikut adalah enam fakta kunci dari proses penyelidikan yang tengah berjalan.

1. Korban Tembus Angka 194 Siswa dari Berbagai Jenjang

Fakta pertama yang menjadi sorotan utama adalah skala insiden yang sangat luas. Data resmi yang dirilis Polres Garut mencatat total korban mencapai 194 orang. Mereka adalah pelajar dari berbagai tingkatan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tersebar di Kecamatan Kadungora. Dari jumlah tersebut, 177 siswa mengalami gejala ringan dan telah diizinkan pulang, sementara 19 siswa lainnya sempat memerlukan perawatan intensif di UPT Puskesmas Kadungora.

2. Sumber Makanan Teridentifikasi dari Satu Program: MBG

Penyelidikan awal mengerucut pada satu sumber yang sama. Seluruh korban diketahui menyantap menu makanan yang didistribusikan melalui program pemerintah, Makan Bergizi Gratis (MBG). Ironisnya, program yang bertujuan meningkatkan nutrisi anak sekolah ini justru menjadi terduga utama penyebab ratusan siswa jatuh sakit dengan gejala pusing, mual, dan muntah.

3. Polres Garut Amankan Sampel Makanan sebagai Barang Bukti Kunci

Menindaklanjuti laporan, Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Garut bersama Polsek Kadungora langsung bergerak cepat. Tim investigasi telah mendatangi lokasi dan mengamankan sejumlah barang bukti krusial. Barang bukti tersebut adalah sisa makanan dari menu MBG yang dikonsumsi para siswa pada hari kejadian, termasuk nasi, lauk-pauk, sayuran, dan buah.

4. Sampel Makanan Dikirim ke Lab untuk Uji Toksikologi

Untuk mendapatkan bukti ilmiah yang valid, sampel makanan tersebut tidak hanya diamankan. Kapolres Garut, AKBP Adi Nugroho, dalam keterangannya menegaskan bahwa semua sampel telah dikirim ke laboratorium terakreditasi di Bandung untuk menjalani uji toksikologi dan mikrobiologi.

"Prioritas kami adalah mengungkap penyebab pasti dari insiden ini. Kami tidak akan berspekulasi sebelum hasil laboratorium keluar. Hasil uji lab ini akan menjadi penentu untuk langkah hukum selanjutnya," tegas AKBP Adi Nugroho, seperti dilansir dari laman bandung.kompas.com, Jumat (19/9/2025).

5. Penelusuran Menyeluruh pada Rantai Pasok Makanan

Penyelidikan tidak berhenti pada pengujian sampel. Pihak kepolisian juga tengah melakukan penelusuran menyeluruh pada seluruh rantai pasok (supply chain) program MBG di wilayah tersebut. Proses ini mencakup pemeriksaan terhadap pihak penyedia atau katering, alur pengadaan bahan baku, proses memasak, hingga mekanisme distribusi makanan ke sekolah-sekolah. Tujuannya adalah untuk menemukan titik potensi kontaminasi terjadi.

6. Dinas Kesehatan Fokus pada Pemulihan Total Korban

Di tengah proses hukum yang berjalan, pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut memprioritaskan penanganan medis dan pemulihan para korban. Kepala Dinas Kesehatan Garut, dr. Asep Hidayat, menyatakan pihaknya terus memantau kondisi siswa yang sempat dirawat.

"Fokus kami adalah pemulihan total para pasien. Meskipun sebagian besar sudah pulih, dampak dehidrasi pada beberapa siswa cukup serius. Kami memastikan mereka yang masih dirawat mendapatkan penanganan medis terbaik hingga dinyatakan benar-benar sehat," ujar dr. Asep.***

Berita Terkait