19 September 2025, 12:42

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Garut Berujung Bencana Keracunan Massal

Peristiwa ini kini berada di bawah penyelidikan intensif pihak kepolisian dan memicu evaluasi besar-besaran terhadap standar keamanan pangan dalam program MBG

Reporter: Redaksi Perspektif
Editor: Deden M Rojani
80
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Garut Berujung Bencana Keracunan Massal
Sejumlah siswa terkapar di Puskesmas di Garut setelah menyantap makanan Program MBG. / Doc: istimewa

GARUT, Perspektif.co.id – Niat mulia pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi pelajar melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) berubah menjadi petaka di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Alih-alih membawa kesehatan, program ini justru berujung pada bencana keracunan massal yang membuat sedikitnya 194 siswa dari berbagai jenjang pendidikan tumbang dan harus dilarikan ke fasilitas kesehatan.

Insiden tragis yang terjadi pada Rabu (17/9/2025) ini sontak mencoreng citra program yang menjadi andalan untuk perbaikan gizi anak sekolah. Peristiwa ini kini berada di bawah penyelidikan intensif pihak kepolisian dan memicu evaluasi besar-besaran terhadap standar keamanan pangan dalam program bantuan pemerintah.

Bencana ini bermula beberapa jam setelah para siswa di Kecamatan Kadungora menyantap menu makan siang yang disediakan oleh program MBG. Secara serempak, para siswa mulai mengeluhkan gejala klinis keracunan, seperti pusing hebat, mual, muntah-muntah, dan sakit perut akut. Suasana di beberapa sekolah mendadak menjadi panik, dengan guru dan orang tua bergegas membawa para korban ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Kadungora untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Kepanikan dan kekecewaan mendalam dirasakan oleh para orang tua. Mereka tak pernah menyangka makanan yang seharusnya menjadi sumber nutrisi tambahan bagi anak-anak mereka justru menjadi sumber penyakit.

"Anak saya pulang sekolah sudah lemas, mengeluh pusing dan mual. Kami kira sakit biasa, ternyata teman-temannya juga sama. Panik sekali rasanya. Makanan itu kan katanya untuk gizi, untuk sehat, kenapa malah jadi begini?" tutur Aisyah (42), salah seorang ibu siswa, dengan nada cemas saat ditemui di depan Puskesmas Kadungora pada Kamis (18/9/2025).

Menanggapi insiden serius ini, Polres Garut bergerak cepat untuk melakukan investigasi. Kapolres Garut, AKBP Adi Nugroho, menyatakan bahwa pihaknya telah membentuk tim khusus untuk mengusut tuntas kasus ini dari hulu hingga hilir.

Dalam sebuah pernyataannya, Kapolres menegaskan komitmennya untuk mengungkap kebenaran. "Kami memahami keresahan masyarakat. Saat ini, tim kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan sedang melakukan penyelidikan secara komprehensif, mulai dari pihak penyedia makanan, proses pengolahan, hingga mekanisme distribusinya. Sampel makanan juga sudah kami kirim ke Labkesda Provinsi untuk diperiksa," ujar AKBP Adi Nugroho.

Kasus ini dinilai oleh para pengamat sebagai sinyal peringatan keras terhadap pelaksanaan program bantuan sosial, khususnya yang berkaitan dengan pangan. Pengamat kebijakan publik, Budi Santoso, menekankan bahwa niat baik pemerintah harus diimbangi dengan pengawasan yang tanpa kompromi.

"Kejadian di Garut ini harus menjadi lonceng peringatan. Niat baik saja tidak cukup. Harus ada standar operasional prosedur (SOP) yang ketat, pengawasan berlapis, dan sertifikasi higienis yang jelas bagi para penyedia jasa boga dalam program pemerintah. Jika pengawasan di lapangan lemah, bencana serupa sangat mungkin terulang di daerah lain," jelasnya.

Hingga Jumat siang, sebagian besar siswa telah diizinkan pulang, namun belasan lainnya masih dalam pemantauan medis.***

Berita Terkait